Sintang, Kalbar – Program Open Defacation Free (ODF) atau stop buang air besar sembarangan, diakui Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Serangas, Anasias Agus Dwi Leksono banyak kendala. Dia membeberkan kendala yang dihadapi pihaknya dalam program Open Defacation Free (ODF) atau stop buang air besar sembarangan. Dia mengatakan, kesadaran masyarakat yang kurang menjadi permasalahan utama dalam melaksanakan program desa ODF ini. Dia menceritakan, seperti di Desa Ratu Damai, saat dilakukan pendataan kepemilikan WC di rumahnya, ada warga saat ditanya, ada WC tidak, mereka menjawab tidak ada. Padahal, ternyata di rumah tersebut ada WC.
Dia mengatakan, dalam pelaksanaan program desa ODF ini, pihaknya tidak mengejar kuantitas. Tapi pihanya ingin bagian kesling membuat pondasai bertahap untuk desa menuju ODF. Jangan dilaksanakan ke semua desa secara bersama. Tapi akhirnya tidak mampu.
“Langsung kami tanya, kenapa bapak menjawab tidak ada. Dia menjawab, itu karena dia bosan tidak pernah menerima bantuan dari desa. Kami sampaikanlah, jangan begitu pak, mungkin ada kebijakan sendiri dari pemerintahan desanya. Tapi jangan karena tidak dapat bantuan dari desa, bapak langsung berbohong tidak ada WC,” bebernya, saat diwawancari media ini, Selasa (26/11).
Dia mengatakan, mengatakan bahwa desa bebas Open Defacation Free (ODF) atau stop buang air besar sembarangan merupakan salah satu program yang akan dipacu oleh Puskesmas Serangas.
Dalam pelaksanaan ODF, kata dia, pihaknya juga meminta bantuan Babinsa untuk mengajarkan kekompakan pada masyarakat. Karena memang ada masyarakat yang sudah mendapatkan bantuan closet tapi tidak membuat WC.
Dikatakan dia, untuk desa ODF, sejak tahun 2020, di Puskesmas Serangas, sudah ada 2 desa bebas ODF. Desa Sungai Deras kalau tak salah deklerasi ODF tahun 2019. “Tahun 2020 Desa Lepung Pantak yang melakukan deklerasi bebas ODF,” ungkap Anasias Agus Dwi Leksono.