Banjir Terbesar, Tiga Kecamatan di Sintang Tenggelam

Banjir menerjang tiga kecamatan di Sintang

Sintang (Kalbar Post) – Tiga kecamatan di Kabupaten Sintang yakni, Kecamatan Serawai, Kayan Hulu dan Kayan Hilir diterjang banjir terbesar, sejak 10 tahun terakhir. Hampir seluruh wilayah di tiga kecamatan tersebut, terendam banjir dengan ketinggian rata-rata 2 – 6 meter. Ribuan penduduk terpaksa mengungsi, karena rumah mereka digenangi air hingga ke atap.

Di Kecamatan Serawai, berdasarkan data dari Polsek Serawai, sebanyak 2.180 rumah di 25 desa terendam banjir dengan ketinggian sekitar 2 – 4 meter.

“Pasar Nanga Serawai menjadi salah satu daerah terparah, ketinggian air yang menggenangi pasar mencapai 2 meter dari jalan,” kata Kapolsek Serawai IPTU Muhammad Rasyid.

Sementara nyaris seluruh wilayah Kecamatan Kayan Hulu terendam banjir sejak Sabtu lalu. Ketinggian air Sungai Kayan dan Sungai Tebidah mencapai 6 meter. Beberapa ruas jalan antar kecamatan tergenang air dengan ketinggian 1 meter. Berdasarkan data dari Polsek Kayan Hulu, sebanyak 19 desa dengan 3.878 rumah terendam banjir. Di Desa Nga Tebidah, sebanyak 8 rumah rusak parah, Desa Entogong, 12 rumah rusak parah, Desa Topan Nanga 17 rumah rusak, Desa Empakan 3 rumah rusak, Desa Lintang Tambok 4 rumah rusak dan Desa Lantau Bara 14 rumah rusak, sehingga total sebanyak 59 rumah terseret banjir. “Jembatan Gantung Lintang Tambok juga roboh. Satu bangunan steher di Nanga Tebidah hanyut,” kata Kapolsek Kayan Hulu, IPTU Trisno.

Sedangkan di Kayan Hilir, sebanyak 21 desa terendam banjir. “Di beberapa ruas jalan provinsi yang ada di pusat kecamatan, tergenang air dengan ketinggian hingga 1,5 meter,” kata IPTU Sudayat, Kapolsek Kayan Hilir. Lokasi Pasar Sentral di Nanga Mau, perkantoran pemerintahan serta Mapolsek Kayan Hilir juga terendam banjir.  

Kades Lengkong Bindu Kecamatan Kayan Hilir, Derek Triyanto mengungkapkan, seluruh warganya terpaksa mengungsi di hutan karet karena rumahnya terendam banjir hingga ke atap. “Ada warga yang masih bertahan di atap rumahnya dengan membuat tenda di atas atap,” katanya.

Ia mengungkapkan, banyak harta benda warganya, seperti TV, kulkas dan perabotan rumah tangga yang tidak dapat diselamatkan. Bahkan ternak milik warga habis terseret banjir. “Babi saya 20 ekor, hanya tinggal sisa 3 ekor. 17 ekor hilang,” katanya. Dia mengatakan, air sungai naik sekitar pukul 23.00 malam hingga 02.00 dini hari. Ketika warga tertidur, sehingga warga lebih memilih menyelamatkan nyawanya dan tidak sempat menyelamatkan harta benda serta ternak mereka. (Tim/editor : tantra)