Sintang, Kalbar – Bupati Sintang, Jarot Winarno menjadi pembicara pada kuliah umum mahasiswa STAIMA Sintang di Pendopo Bupati Sintang, Minggu 4 April 2021.
Kuliah umum STAIMA Sintang mangangkat tema “Peluang dan Tantangan Lulusan Perguruan Tinggi Agama Islam Dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia”.
Dikesempatan tersebut, Jarot mengungkapkan bahwa dunia terus berubah. Di tengah perubahan itu, tantangan terbesar adalah menyelamatkan generasi Indonesia emas 2045. “25 tahun yang akan datang, kita harus selamatkan skenario Indonesia emas 2045. Ini tepat satu abad Indonesia merdeka. Saat itu, dianalisa secara global bahwa bangsa Indonesia akan memasuki 5 besar bangsa di dunia,” ungkapnya.
Dengan adanya kondisi tersebut, ada beberapa tantangan yang dihadapi. Hambatan pertama, sekarang Indonesia memasuki upper middle income atau negara dengan penghasilan menengah. Tetapi Indonesia ini sedikit lagi bisa masuk ke kelompok negara dengan pendapatan perkapita yang tinggi.
“Untuk mencapai itu, kita harus mampu mengelola berupa bonus demografi. Di mana anak muda usia produktif, 15-40 persen jauh lebih banyak dibanding usia non produktif. Tapi, bonus demografi berupa anak muda ini akan menjadi beban negara jika mereka jadi pengganguran. Kalau ini terjadi, susah mencapai Indonesia Emas 2045,” ungkap Jarot.
Hambatan kedua, sambung Jarot, dinamakan upper middle income trap. Ini semacam jebakan pada negara dengan penghasilan menengah. Tapi tidak bisa masuk ke negara dengan pendapatan perkapita tinggi kalau pertumbuhan ekonomi dibawah 5 persen. “Nah, pertumbuhan ekonomi kita harus mencapai 6,5-7 persen agar negara kita masuk 5 besar bangsa di dunia,” ucapnya.
Jarot kemudian menjelaskan mengenai adanya disrupsi atau perubahan gaya hidup saat ini. Pertama disrupsi terknologi. “Jadi, tata cara orang menggunakan teknologi ini sudah berubah dengan pesat. Semuanya menggunakan teknologi. Bahkan kita akan masuk revolusi industri 4.0,” jelasnya.
Kedua adalah disrupsi pandemi corona. Pandemi sangat mengubah gaya hidup sekarang ini. “Kita harus terbiasa hidup ditengah-tengah corona,” ucapnya.
Untuk menghadapi semua tantangan itu, kata Jarot, generasi muda dihadapkan pada empat tipe. Pertama tipe yang menolak/ mengingkari adanya perubahan. Karena takut apabila perubahan itu mendatangkan hal buruk.
Kedua, tipe yang mampu mencium perubahan dengan cepat. Ketiga, tipe yang segera bergegas mengambil tindakan karena tahu ada perubahan. Keempat tipe yang mencoba beradaptasi jika ternyata perubahan mendatangkan perubahan yang lebih baik. “Kalau anda-anda tidak mengikuti perubahan, selesai. Selamat jalan. Nanti anda akan menjadi beban negara. Bukan jadi bonus demografi. Jadi, generasi muda saya minta cepat antisipasi sejak dini,” imbau Jarot.