Pontianak, Kalbar – Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat bersama Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) menyelenggarakan Seminar Nasional dalam rangka Pengusulan dr. Raden Rubini Natawisastra sebagai Pejuang Kemanusiaan dan Kemerdekaan Indonesia Menuju Pahlawan Nasional Tahun 2022 secara virtual di Ruang Audio Visual Kantor Gubernur Kalimantan Barat, Rabu (27/4).
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat (Asisten I Sekda Prov Kalbar), Linda Purnama, mengungkapkan kegiatan ini sebagai wujud penghargaan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat (Pemprov Kalbar) atas jasa dan pengorbanan para pahlawan atau pejuang dalam merebut kemerdekaan dengan susah payah dan memerlukan pengorbanan, baik jiwa, raga, dan harta, dalam melawan penjajah.
“Seminar Nasional ini merupakan salah satu syarat pengajuan Almarhum dr. Raden Rubini Natawisastra untuk diusulkan sebagai calon Pahlawan Nasional yang sebelumnya sudah dibahas Tim TP2GD Prov Kalbar dan telah mendapatkan rekomendasi Gubernur Kalbar dengan Nomor: 460/0957/DINSOS-B pada tanggal 30 Maret 2022,” ujarnya.
Ia berharap, kegiatan seminar tersebut menjadi momentum untuk meningkatkan rasa kecintaan terhadap tanah air, kepedulian dan kebersamaan guna mengatasi masalah yang melanda Bangsa Indonesia berdasarkan semangat dan nilai luhur perjuangan para pahlawan atau pejuang, seperti rela berkorban, pantang menyerah, percaya pada kemampuan diri sendiri, dan lain-lainnya.
“Saya yakin, apabila seluruh elemen bangsa memiliki kesadaran untuk mengamalkan semangat nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan dalam kehidupan sehari-hari, maka rasa cinta tanah air dengan sendirinya akan meningkat dan tidak akan mudah terprovokasi dan sebaliknya akan menguatkan solidaritas yang memperkokoh keutuhan NKRI,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto, menuturkan sosok, Raden Rubini Natawisastra merupakan seorang dokter yang berasal dari tanah sunda dan menetap di Prov Kalbar selama 17 tahun. Selain dokter, Rubini juga merupakan pemimpin partai politik pada masanya dan memberikan perjuangannya demi cita-cita kemerdekaan Indonesia melawan penjajah di daerah Kalbar.
“Tidak hanya itu saja, Raden Rubini Natawisastra juga membentuk gerakan bawah tanah dengan melihat para pasiennya yang sebagian besar perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan seksual oleh penjajah. Kegigihannya melawan penjajah telah mengorbankan jiwa dan raga, sehingga Rubini beserta istrinya yang sedang hamil, serta rakyat Kalimantan Barat lainnya, wafat di tangan penjajah. Peristiwa itu dikenal sebagai Tragedi Mandor,” jelasnya.
Ia mengatakan, tujuan diselenggarakannya Seminar Nasional adalah untuk memperoleh penguatan, dukungan, dan pengakuan, dari para sejarawan, Pemerintah Indonesia, baik yang ada di tingkat daerah maupun tingkat nasional, bahwa Raden Rubini Natawisastra atau biasa dikenal sebagai dr. Rubini, layak menjadi Calon Pahlawan Nasional,” ucapnya.
Selama di Kalimantan Barat, Rubini menjalankan misi kemanusiaan dengan menjadi dokter keliling melayani pengobatan di daerah terpencil dan pedalaman. Ketika dibunuh oleh penjajah Jepang, Rubini menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Umum Sungai Jawi, Pontianak, sekaligus Kepala Bagian Bedah. Selain itu, Rubini juga memimpin organisasi berhaluan politik yang menentang penjajahan Jepang dan menuntut kemerdekaan Kalimantan Barat menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Nama Rubini telah diabadikan menjadi nama RSUD di Kabupaten Mempawah, yakni RSUD dr. Rubini Mempawah, serta nama jalan di Kabupaten Mempawah, Kota Pontianak, Kota Bandung, serta nama Taman Aulia dr. Rubini di Kabupaten Mempawah.