Sayangi Anak, Cegah Stunting

Sintang, Kalbar – Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang,. Yosepha Hasnah mengatakan, gerakan mencegah stunting harus terus dimaksimalkan, meski anggaran Pemkab Sintang untuk pelaksanaan pencegahan stunting mengalami penurunan. Akibat terkuras untuk penanganan covid – 19.

 “Kita melakukan diskusi dan rembuk untuk mencegah terjadinya stunting di Desa Sungai Labi. Saya mengingatkan agar sejak ibu hamil sampai 1.000 hari pertama kehidupan bayi, agar betul-betul memperhatikan asupan gizi bayinya,” kata Yosepha Hasnah, saat membuka Rembuk Stunting Desa Sungai Labi Kecamatan Kelam Permai Tahun 2021 pada Kamis (2/9).

Rembuk Stunting mengambil tema “perbaiki generasimu dengan memperbaiki gizimu, karena masa depanmu ada pada centimeter pertama”.

Dikatakan dia, mencegah stunting ini harus dilakukan sejak rencana pernikahan. Sebelum menikah, pasangan harus memahami bagaimana mempersiapkan anak yang baik, maka nanti akan lahir anak-anak yang sehat dan pintar. Pencegahan stuting juga dilakukan sampai usia anak 2 tahun. Mengapa stunting ini harus kita cegah, karena akan mempengaruhi pertumbuhan anak sampai dia dewasa nanti. “Supaya anak-anak tidak pendek dan pertumbuhan otak anak yang baik. Ke depan, anak-anak harus tumbuh dengan fisik normal dan otaknya cerdas,” tambah Yosepha Hasnah.

Yosepha yakin gerakan mencegah stunting akan berhasil kalau ibu-ibu mau memberikan respon positif terhadap pencegahan stunting. Ajak ibu-ibu yang ada bayi bahkan pasangan yang akan menikah sudah diajari memahami gerakan mencegah stunting.

Sehingga  nanti, tidak ada lagi kasus stunting, gizi buruk, kematian ibu dan kematian bayi di Kabupaten Sintang. “Saya yakin di tangan ibu-ibu, stunting akan bisa dicegah. Saya ingin tahun depan, tidak ada lagi orang stunting di Desa Sungai Labi. Dampingi semua ibu hamil, pasangan muda dan bayi,” terang Yosepha Hasnah.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Sintang, Veronika Ancili menyampaikan, stunting ini disebabkan gizi yang kurang bahkan buruk. Gizi tergantung pada apa isi piring dan terkait langsung dengan pangan dan makanan yang tersedia. “Apa isi piring kita, apakah sudah bervariasi. Untuk makanan bergizi, dalam piring harus ada nasi, telur, sayur, ikan dan daging. Ada cara untuk mendapatkan gizi yang mudah dan murah, yakni kita harus membuat kebun sayur di pekarangan rumah, membuat kolam ikan dan membangun kandang ternak ayam,” terang Veronika Ancili.

Dia mendorong agar desa juga mengalokasikan ADD untuk membeli bibit sayur dan buah-buahan. Kemudian membuat kebun percontohan. Tanam sayuran seperti bayam, kacang panjang, cabe dan aneka bumbu. “Kalau pekarangan rumah luas, bisa bangun kolam dan pelihara ayam. Semakin beragam sayur kita, semakin tinggi gizinya,” terang Veronika Ancili.

Duta Stunting Kabupaten Sintang yang juga Kepala Bappeda Kabupaten Sintang Kartiyus menyampaikan, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh, baik dalam hal tinggi badan maupun pertumbuhan otak anak-anak.

“Pertumbuhan tinggi badan tidak sesuai dengan umur. Anak sudah 5 tahun tapi tingginya baru 60 cm, maka itu stunting,” kata dia, saat menghadiri Rembuk Stunting di Desa Sungai Labi Kecamatan Kelam Permai, pada Kamis (2/9).

Ia mengatakan, stunting termasuk gagal tumbuh pada otak anak. Dimana otaknya lebih kecil sehingga daya tangkapnya, daya ingatnya dan kepintarannya kurang. Anak stunting akan sulit berprestasi karena pertumbuhan otaknya lambat. “Catatan kita, stunting ini bukan penyakit, maka stunting tidak ada obatnya dan hanya bisa dicegah,” terang Kartiyus Duta Stunting Kabupaten Sintang.

Dia menjelaskan, mencegah stunting, yakni pada 1000 hari pertama kehidupan anak, yang dihitung mulai dari ibu dinyatakan hamil, sampai anak usia 2 tahun. Sejak anak dalam kandungan berukuran 1 cm, sudah harus diberikan asupan gizi yang cukup. Secara fisik bisa diukur, kalau waktu lahir, bayi harus memiliki panjang minimal 48 cm, di bawah itu, masuk kategori stunting.  “Kemudian saat anak berumur 2 tahun, tinggi anak minimal 80 cm. Sampai usia 5 tahun, anak-anak masih bisa diberikan asupan gizi yang tinggi, sehingga bisa mengejar kekurangan tinggi badan,” terang Kartiyus.

Namun Kartiyus menegaskan, tidak semua anak atau orang bertubuh pendek merupakan stunting. Kategori stunting harus dua yakni pertumbuhan tinggi badan dan otaknya tidak normal. Ada orang bertubuh pendek, tapi otaknya pintar. “Saya mau mengingatkan, meskipun stunting ini bukan suatu penyakit, jangan kemudian disepelekan. Karena kalau sudah terlanjur terkena stunting, akan menyulitkan anak-anak kita ke depannya. Kalau mau jadi polisi, tentara dan pilot, kalau tubuh pendek, tidak akan bisa. Jadi jangan diremehkan,” tambah Kartiyus.

Ia mengatakan, waktu hamil, kalau ada bidan memberikan obat tambah darah, harus dihabiskan. Setiap hari satu biji minum obat tambah darah, supaya ibu hamil tidak mengalami anemia. Ibu hamil yang anemia, beresiko melahirkan anak yang stunting. “Setelah melahirkan, anak wajib diberikan air susu ibu paling tidak sampai 6 bulan. Kami  sarankan ibu-ibu untuk tidak melahirkan anak diusia 40 tahun ke atas. Karena di usia 40 tahun ke atas, jumlah ASI akan sangat kurang,” jelas Kartiyus.

Selain itu, untuk mencegah stunting, harus diperhatikan sanitasi. Harus ada air bersih. WC harus ada di setiap rumah. Untuk kepala desa, bagi keluarga yang kurang mampu, bantu belikan closed, berikan seng. Bangun WC secara gotong royong.

“Saya menantang desa Sungai Labi agar bisa mendeklarasikan diri sebagai desa ODF. Masyarakat desa ini harus bebas buang air besar sembarangan. Semua rumah ada WC. Data berapa KK yang belum ada WC, berikan pemahaman, dan bantu dengan ADD,” terang Kartiyus.

Dikatakan Kartiyus, sampai saat ini sudah ada 70 desa di Kabupaten Sintang yang mendeklarasikan diri sebagai desa ODF. Dinas Pemdes dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Sintang akan cepat menyetujui APBDes kalau ada anggaran untuk menurunkan stunting.

Program Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting (KP2S) Tahun 2021, akan berusaha mendorong agar kecamatan pertama yang melakukan deklarasi sebagai kecamatan ODF adalah Kecamatan Binjai Hulu. “Memang saat ini kami sedang menggarap dua desa lagi di Binjai Hulu yang belum ODF, tapi kalau selesai dua desa itu, maka semua desa di Binjai Hulu sudah ODF sehingga yang deklarasi ODF pertama adalah Kecamatan Binjai Hulu pada akhir tahun 2021 nanti,” tambah Kartiyus. (tim/editor: tantra nur andi)