Siapkan RAD Kelapa Sawit Berkelanjutan

Sintang, Kalbar – Rencana aksi daerah (RAD) Kelapa Sawit berkelanjutan Kabupaten Sintang 2018 – 2023 sedang disusun. Sustainable Palm Oil Program Manager WWF-Indonesia Putra Agung mengatakan, pembangunan perkebunan kelapa sawit dewasa ini terus menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
“Para petani mengelola hingga 4,3 juta hektare atau 42 persen dari total nasional perkebunan kelapa sawit,” katanya.
Menurutnya, kondisi tersebut tentu saja diwarnai sejumlah tantangan. Misalnya, minimnya pengetahuan pada aspek budidaya yang baik dan bertanggung jawab, tenaga kerja, akses ke modal dan pasar, sistem manajemen yang tidak tepat, dan pengetahuan yang kurang terhadap isu keberlanjutan.
Lebih jauh Agung menjelaskan pengelolaan sektor pertanian termasuk komoditas kelapa sawit yang tidak bertanggung jawab menyebabkan sektor ini akan menuai dampak negatif yang ditimbulkan baik terhadap manusia maupun lingkungan. Dari sisi ancaman, saat ini sudah bisa dirasakan, yang sebagian besar disebabkan oleh praktik-praktik yang tidak berkelanjutan dari produsen kelapa sawit, termasuk petani.
“Pembangunan kebun yang tidak sesuai dengan aturan menyebabkan banyaknya kawasan-kawasan yang tidak diperuntukkan bagi perkebunan kelapa sawit dibuka untuk kebun sawit. Misalnya kawasan hutan dan kawasan bernilai konservasi tinggi dibuka untuk sawit. Ini bisa terjadi pada perusahaan besar dan kebun masyarakat. Semua akan bermuara pada kerusakan lingkungan,” ujar dia.
Menurut Asisten Pembangunan dan Perekonomian Sekda Sintang, Henri Harahap, komitmen perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk penciptaan perkebunan sawit berkelanjutan perlu ditingkatkan. Pemerintah Kabupaten Sintang sangat mendukung keberadaan Non Goverment Organization (NGO) seperti World Wild Foundation (WWF) Indonesia yang telah banyak membantu menjembatani dan memberi masukan dalam tata kelola perkebunan di Sintang.

“Adanya kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), mengharuskan legalitas yang cukup komprehensif. Karenanya, keberadaan kelapa sawit berkelanjutan menjadi hal yang sangat penting,” kata Hendri.

Pemerintah Kabupaten Sintang bersama WWF-Indonesia meluncurkan sebuah forum koordinasi di bidang pembangunan kelapa sawit berkelanjutan sekaligus ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana aksi daerah sawit berkelanjutan di kabupaten tersebut.
Bupati Sintang Jarot Winarno mengatakan, struktur perekonomian Kabupaten Sintang dalam lima tahun terakhir masih didominasi oleh tiga sektor ekonomi.
“Ketiga sektor tersebut adalah pertanian, perdagangan, hotel dan restoran serta industri,” katanya.
Menurut Jarot, peran ketiga sektor tersebut mulai mendominasi pembangunan di Sintang hingga 70,63 persen sejak 2013. Sektor pertanian termasuk subsektor perkebunan memberikan kontribusi terbesar yaitu 33, 85 persen.
Pemerintah daerah menitikberatkan pengembangan komoditas perkebunan pada lima komoditas, yaitu kelapa sawit, karet, kopi, kakao, dan lada.
“Petani komoditas ini memegang peranan yang penting karena sebagian komoditas ini telah dikembangkan oleh masyarakat. Sudah pasti komoditas ini menjadi penggerak ekonomi masyarakat,” kata Jarot.
Sementara Ketua Forum Koordinasi Pembangunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Kabupaten Sintang Yosepha Hasnah mengatakan forum ini merupakan wadah bersama para pihak untuk mewujudkan pembangunan kelapa sawit berkelanjutan di Sintang.
“Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Kabupaten Sintang untuk mewujudkan komoditas berkelanjutan yang merupakan bagian dari komitmen Kabupaten Lestari,” ujar dia.
Lebih lanjut dikatakan Yosepha bahwa terdapat lima bidang dalam forum ini, yaitu bidang legalitas usaha perkebunan, manajemen perkebunan, lingkungan, tanggung jawab sosial perusahaan, dan pemberdayaan ekonomi dan peningkatan usaha yang berkelanjutan.
“Forum ini diharapkan mampu melahirkan program-program yang berbasis pada kebutuhan daerah melalui bidang-bidang yang ada,” ujar dia.