SMAN 1 Senaning Dikabarkan Gagal Laksanakan UNBK

Sintang, Kalbar – SMAN 1 Senaning Kecamatan Ketungau Hulu dikabarkan gagal melaksanakan UNBK di hari pertama, karena tidak ada sinyal di daerah itu. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang, Lindra Azmar menyampaikan informasi ini usai meninjau pelaksanaan UNBK.

Dikatakan Lindra, seharusnya SMAN 1 Senaning dapat melaksanakan UNBK, namun tiba-tiba pada Senin pagi, hingga siang tidak ada sinyal di daerah itu. “Kami belum dapat informasi lagi, apakah sekolah itu bisa melaksanakan UNBK hari ini atau terpaksa mengikuti UNBK susulan,” katanya.

Selain SMAN 1 Senaning, SMAN 1 Ambalau juga mengalami gangguan dalam pelaksanaan UNBK. “Sinyal di Ambalau lemot, sehingga UNBK terganggu. Tapi kami belum tahu, apakah SMA 1 Ambalau masih bisa melanjutkan pelaksanaan UNBK atau tidak. Sampai sekarang kami belum dapat informasi lagi,” katanya.

Sementara itu, pelaksanaan UNBK di Kota Sintang berjalan lancar dan aman. Lindra mengaku, masih menunggu laporan resmi dari SMAN Senaning dan SMAN Ambalau, apakah mereka gagal sama sekali dalam melaksanakan UNBK di hari pertama.

Padahal, lanjut Lindra, saat ujicoba UNBK. Pelaksanaan UNBK di SMAN Senaning dan Ambalau berjalan lancar. “Ini faktor alam, karena Sintang dalam kondisi mendung,” katanya.

Ketua MKKS SMA se-Kabupaten Sintang, Ensawing menilai, pelaksanaan UNBK SMA/MA di Kabupaten Sintang terkesan sangat dipaksakan. Ensawing mengungkapkan ketidaksiapan UNBK tingkat SMA/MA ini. Dia mengatakan, tahun ini sebanyak 32 SMA Negeri dan Swasta se-Kabupaten Sintang wajib melaksanakan UNBK. Tahun lalu, hanya 12 SMA yang melaksanakan UNBK. “Tahun ini, sebenarnya banyak SMA yang belum siap melaksanakan UNBK. Tapi terpaksa melaksanakan karena Pemprov Kalbar mewajibkan seluruh SMA melaksanakan UNBK,” katanya.

Dia mengatakan, banyak SMA yang mengeluh. Karena mereka sebenarnya belum siap melaksanakan UNBK. Se-Kabupaten Sintang, hanya ada 12 SMA yang sudah mandiri dalam melaksanakan UNBK. Rata-rata adalah SMA di kota. Sementara SMA-SMA di kecamatan, melaksanakan UNBK harus menumpang di SMK terdekat. “Kasihan SMA-SMA di kecamatan. Mereka harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk melaksanakan UNBK. Sebab mereka harus menumpang di SMK terdekat,” katanya.

Masih kata Ensawing, para siswa SMA juga harus menginap di SMK tempat mereka mengikuti UNBK. Para siswa juga harus mengeluarkan biaya yang besar. “Banyak Kepsek yang mengeluh. Tapi apa boleh buat, demi menyelamatkan anak bangsa. Berapa pun biaya untuk pelaksanaan UNBK, akhirnya harus dikeluarkan juga,” ungkapnya.

Pinjam Laptop Siswa

Fasilitas komputer yang kurang menjadi kendala utama pelaksanaan UNBK. Jika SMA di kecamatan harus menumpang ke SMK, untuk bisa melaksanakan UNBK. SMA di dalam kota punya cerita sendiri. Seperti SMAN 3 Sintang. Kepala SMAN 3 Sintang, Ensawing mengatakan, sekolahnya kekurangan komputer untuk melaksanakan UNBK. Sekolah ini hanya memiliki belasan komputer untuk pelaksanaan UNBK. Komputer yang ada pun, merupakan komputer tua yang dibeli pada tahun 1990 an.

“Kami belum mampu membeli komputer. Karena tidak ada bantuan dana untuk pengadaan komputer ini,” katanya.

Dikatakan dia, SMAN 3 Sintang membutuhkan 80 komputer untuk melaksanakan UNBK. Karena kurang komputer, sekolah akhirnya meminjam laptop guru dan siswa. Ada 60 laptop siswa dan guru yang dipinjam untuk melaksanakan UNBK.

Kata Ensawing, sekolah tidak bisa melakukan pengadaan komputer. Sebab sekolah tidak memiliki dana untuk pengadaan itu. Menurut Ensawing, harusnya pemerintah memberikan bantuan pada sekolah untuk pengadaan komputer ini. “Pemerintah harusnya sudah tahu kebutuhan sekolah. Tidak perlu lagilah sekolah mengusulkan kebutuhannya. Sebab di Dapodik sekolah yang dilaporkan ke pemerintah sudah jelas, tertera kebutuhan sekolah. Mulai dari wc yang rusak berat, sampai komputer yang tersedia tahun 90 an sudah tertera di dapodik,” bebernya.

Kata Ensawing, sekolah hanya mampu membeli laptop satu unit setiap tahunnya. Jadi kalau butuh 20 unit laptop, berarti butuh 20 tahun untuk membelinya.