Jarot Panen Jagung Hibrida

Oleh : Tantra Nur Andi

Sintang, Kalbar – Bupati Sintang, Jarot Winarno, memanen jagung hibrida milik kelompok tani maju tani di Desa Jerora Satu Kecamatan Sintang. “Kota Sintang sudah ditetapkan oleh BPS sebagai kota paling inflasi nomor 4 di Indonesia. Artinya, harga sembako di Sintang masuk kategori mahal. Penyumbang inflasi tersebut adalah ikan baong, cabe cakra, buncis, tomat, kacang panjang dan yang lainnya. Ada 9 bahan pokok penyumbang inflasi Sintang. Sehingga saya terus mendorong masyarakat untuk tanam cabe cakra, buncis, tomat, kacang panjang dan komoditas lainnya,” katanya.

Daerah seperti Jerora Satu ini sangat strategis karena masuk daerah sub urban, sehingga bisa mensuplai kebutuhan orang kota terhadap sayur. Apalagi Jerora Satu lahannya masih luas.
“Saya mendorong warga untuk menanam teh dataran rendah, serai wangi, kopi, jambu kristal, dan lengkeng. Saya juga mendorong strategi pemasaran dengan pola agro wisata dengan berjejer di sepanjang jalan untuk dijadikan oleh-oleh. Saya melihat pertanian di Jerora Satu sudah maju dan wajar kalau menjadi desa mandiri tahun ini. Tempat wisata juga banyak di Jerora Satu, yang ke depannya pengelolaannya bisa melibatkan warga desa dalam hal pemasaran oleh-oleh dan hasil pertanian,” jelas Bupati Sintang.

Desa Jerora Satu bisa terus menerus menghasilkan jagung hibrida sehingga bisa menjadi brand desa Jerora Satu. “Saya ingin mendorong agar anak-anak muda bisa mencintai pertanian sehingga mereka bisa menjadi petani milenial. Saya mendapatkan informasi bahwa jagung di pasar malah berasal dari Kubu Raya. Padahal Jerora Satu ada jagung hibrida. Kita sangat berharap jagung kita bisa dipasarkan di daerah kita sendiri dengan mampu bersaing dalam hal harga,” kata Siti Musrikah.

Bertolomeus Rupiyanto Kepala Desa Jerora Satu menyampaikan bahwa desa Jerora Satu sudah lama menjadi penghasil jagung manis dan jagung hibrida. “Kami ada masalah pada pemasaran jagung manis, kami masih takut menanam jagung manis dalam jumlah besar. Kami juga merupakan penghasil sayur-sayuran yang dijual warga kami di pinggir jalan. Setiap hari kami jual ubi sekitar 500 kg ke pasaran. Kami juga bertekad untuk segera deklarasi sebagai desa ODF,” terang Theresia Anastasia.