Pancasila Denyut Nadi Bangsa Indonesia

Sintang, Kalbar – Ketua DPRD Kabupaten Sintang Jefray Edward mengatakan, Pancasila sebagai ideologi bangsa harus dijaga bersama-sama dan ditanamkan bagi setiap komponen anak bangsa. “Karena itu, jika ada oknum-oknum tertentu yang ingin mengubah ideologi Pancasila, maka sebagai masyarakat harus menyatakan bahwa inilah ideologi kita satu-satunya,” kata dia.

Melalui moment peringatan hari lahir Pancasila ini, Jefray mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Sintang untuk menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai pemersatu bangsa yang penuh dengan keberagaman dan perbedaan, baik suku maupun agama.

Jefray mengajak masyarakat untuk mengenang peristiwa kelam Mandor yang diperingati setiap tanggal 28 Juni. “Mereka sudah menjadi pahlawan kita ya, bagaimanapun kita sebagai anak bangsa yang peduli dan ingat akan jasa-jasa mereka. Tentunya kita harus memperingatinya, dan hal ini jangan sampai

terjadi kembali,” katanya.  Dikatakan Jeffray, peristiwa mandor sebagai bukti bahwa masyarakat Kalbar ikut berjuang merebut kemerdekaan. “Untuk itu, kita harus bangga punya pahlawan yang telah gugur dengan jasa-jasa yang mereka yang telah diberikan bagi bangsa,” kata Jeffray.

Wakil Bupati Sintang, Askiman mengatakan, Pancasila sudah menjadi bintang pemandu bangsa Indonesia. Karena selama 73 tahun, Pancasila bertahan dan tumbuh di tengah deru ombak ideologi-ideologi lain yang berusaha menggersernya.

“Selama 73 tahun, Pancasila sudah menjadi rumah kita yang ber-bhinneka tunggal ika. Sampai akhir zaman Pancasila akan terus mengalir di denyut nadi di seluruh rakyat Indonesia.

Wakil Bupati Sintang Askiman, menyampaikan ini saat memimpin upacara Hari Lahir Pancasila dan Hari Berkabung Daerah Tahun 2018, di halaman Kantor Bupati Sintang, Senin (4/6).

Askiman menjelaskan, peringatan hari lahir Pancasila di setiap tanggal 1 Juni, harus dimanfaatkan sebagai momen pemacu dan momen aktualisasi nilai-nilai Pancasila.

“Marilah kita terus Mengamalkan warisan mulia para founding fathers ini, untuk kemajuan bangsa sekaligus juga menjadi sumbangsih Indonesia pada masyarakat,” papar Askiman.

Untuk itu, Askiman mengajak seluruh komponen bangsa, khusunya di Kabupaten Sintang seperti

para ulama, tokoh agama, para guru, para ustadz, para politisi, jajaran apparat pemerintah, para

anggota tni dan polri, para pekerja, pelaku ekonomi serta seluruh lapisan masyarakat untuk

bersama-sama mengamalkan Pancasila dalam hidup sehari-hari.

Askiman yakni peringatan hari berkabung daerah Provinsi Kalimantan Barat, yang diperingati setiap tanggal 28 Juni merupakan moment mengenang sejarah pahit peristiwa Mandor. Saat itu terjadi penculikan, penyiksaan hingga eksekusi mati secara sadis dari penjajah Jepang terhadap para feodal lokal, cerdik pandai, politisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, seniman, budayawan, hingga rakyat jelata dari berbagai suku maupun agama. Tercatat lebih dari 21.037 orang menjadi korban.

“Sehingga tugas kita saat ini adalah dapat mengambil pelajaran sejarah yang berharga dari kejadian Mandor. Cara kita mengambil pelajaran tersebut dengan selalu mengingat, mempelajari dan membangun dialog, kemudian berbuat sesuatu yang berguna bagi kemajuan Kalbar,” kata Askiman.