Wabup Sintang: Penanganan Stanting Salah Satu Agenda Strategis Pemerintah

Sintang, Kalbar – Wakil Bupati Sintang, Sudiyanto mengatakan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pernah menyampaikan pada rapat terbatas mengenai evaluasi proyek strategis nasional untuk pemulihan ekonomi karena dampak COVID-19 tahun lalu. Salah satunya arahan mengenai agenda-agenda strategis yang sangat penting bagi bangsa dan negara. Serta menjadi prioritas untuk kepentingan nasional tidak boleh berhenti dan tetap harus dilanjutkan.

Bahwa, bahwa banyak agenda-agenda strategis yang mendasar dan penting bagi kehidupan rakyat tidak hanya di bidang ekonomi saja. Ada juga berkaitan dengan pendidikan, peningkatan kualitas SDM, dan juga bidang kesehatan.

“Contoh di bidang kesehatan, pemerintah pusat memiliki agenda besar yaitu menurunkan stunting dengan target ditahun 2024 diangka 14 persen,” jelasnya, Kamis (25/3).

Kemudian pemberantasan TBC, malaria, demam berdarah, HIV-AIDS, dan juga berkaitan dengan gerakan hidup sehat yang harus terus dikerjakan. “Ini artinya kita harus fokus menangani dan mengendalikan COVID-19. Tapi agenda-agenda strategis yang berdampak besar bagi kehidupan rakyat juga tidak boleh dilupakan,” jelas Sudiyanto.

Hal lain juga terkait dengan proyek strategis nasional yang sedang berjalan, Presiden minta diprioritaskan. Yaitu percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional yang berdampak langsung bagi penguatan ekonomi rakyat, yang berdampak langsung pada pemulihan ekonomi nasional.

“Dampak masalah gizi pada usia dini tidak terbatas pada status gizi saja. Seperti pendek, kegemukan, dan gizi buruk. Tetapi jauh lebih luas karena terkait dengan risiko rendahnya kecerdasan, serta risiko menderita penyakit tidak menular pada usia dewasa,” jelasnya.

Kekhawatiran terhadap perkembangan kualitas SDM yang diakibatkan oleh beban gizi ganda, diawali oleh masalah gizi pada usia dini. Terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) sejak kehamilan sampai usia anak 2 tahun.

“Oleh karena itu fokus perbaikan gizi ke depan diprioritaskan pada 1000 HPK tanpa meninggalkan siklus hidup lainnya. Hal ini sejalan dengan komitmen global yang menekankan pentingnya negara–negara memperhatikan masalah gizi pada periode 1000 HPK tersebut,” jelasnya.